Selasa, 06 Desember 2011

Katarak sekunder


Katarak sekunder adalah katarak yang terjadi akibat terbentuknya jaringan fibrosis pada sisa
lensa yang tertinggal, paling cepat keadaan ini terlihat sesudah dua hari operasi EKEK
(Ekstraksi Katarak Ekstra Kapsuler), dan penanaman lensa di segmen posterior. Atau, katarak
yang terjadi sesudah suatu trauma yang memecah lensa.
PATOFISIOLOGI
Katarak sekunder biasanya disebut juga dengan Posterior Capsular Opacity (PCO),3 atau juga
katarak ikutan (membran sekunder), yang menunjukkan kekeruhan kapsul posterior akibat
katarak traumatik yang terserap sebagian atau setelah terjadinya EKEK.
Dokter mata biasanya pada saat operasi katarak lebih senang untuk meletakkan lensa tanam
intraokuler pada tempat anatomi yang sama dengan tempat lensa asli, yakni di kapsul posterior
lensa.
Bagian kapsul anterior dibuka untuk mengeluarkan katarak, dan kapsul posterior ditinggalkan
untuk menahan lensa yang akan ditanam, dan juga untuk mencegah vitreous humor masuk ke
segmen anterior mata.
Setelah operasi, ± 20% pasien akan timbul gambaran berkabut pada kapsul, yang dikenal
dengan Posterior Capsule Opacity (PCO), yang menimbulkan gejala penglihatan kabur.
Hal ini karena pertumbuhan epitelial sel dari kapsul. Bila proses ini berkembang secara
signifikan, penglihatan mungkin dapat menjadi lebih buruk daripada sebelum dilakukan operasi
katarak.
ETIOLOGI
Epitel lensa subkapsuler yang tersisa mungkin mencoba melakukan regenerasi serat-serat
lensa (epitel subkapsuler berproliferasi dan membesar), sehingga memberikan gambaran “Busa
Sabun atau Telur Kodok” pada kapsul posterior, disebut juga dengan Mutiara Elsching atau
Elsching Pearl. Lapisan epitel yang berproliferasi tersebut, mungkin menghasilkan banyak
lapisan, sehingga menimbulkan kekeruhan. Sel-sel ini mungkin juga mengalami diferensiasi
miofibroblastik. Kontraksi serat-serat ini menimbulkan banyak kerutan-kerutan kecil di kapsul
posterior, yang menimbulkan distorsi penglihatan.
Cincin Soemmering juga dapat timbul sebagai akibat kapsul anterior yang pecah dan traksi
kearah pinggir-pinggir melekat pada kapsul posterior, meninggalkan daerah yang jernih
ditengah, dan membentuk gambaran cincin. Pada cincin ini tertimbun serabut lensa epitel yang
berproliferasi. Semua faktor ini dapat menyebabkan penurunan ketajaman penglihatan setelah
EKEK.
GEJALA KLINIS
Katarak Sekunder
- Penglihatan kabur (seperti berkabut atau berasap), mungkin dapat lebih buruk daripada
sebelum di operasi.
- Fotofobia, yaitu rasa silau bila melihat cahaya.
- Tajam penglihatan menurun
PEMERIKSAAN KLINIS
- Pada awal gejala akan tampak gelembung-gelembung kecil dan debris pada kapsul
posterior.
- Pada tahap selanjutnya akan ditemukan gambaran Mutiara Elsching pada kapsul posterior lensa. Mutiara Elsching ini mungkin akan menghilang dalam beberapa tahun oleh
kerena dindingnya pecah.
- Dapat juga ditemukan cincin Soemmering pada daerah tepi kapsul posterior lensa.
DIAGNOSIS
Diagnosis dapat ditegakkan pada pasien setelah menjalani operasi EKEK ataupun setelah
suatu trauma pada mata, yang mengakibatkan penglihatan menjadi semakin kabur, juga rasa
silau bila melihat cahaya. Dan jika dilakukan pemeriksaan, melalui pupil yang didilatasikan
dengan menggunakan oftalmoskop, kaca pembesar, atau slit lamp, akan tampak
gelembung-gelembung kecil pada daerah belakang lensa, ataupun dapat ditemukan gambaran
mutiara Elsching maupun cincin Soemmering pada kapsul posterior lensa. Pada tes tajam
penglihatan didapatkan visus yang menurun.
TERAPI
Pengobatan katarak sekunder adalah dengan pembedahan seperti disisio katarak sekunder,
kapsulotomi, membranektomi, atau mengeluarkan seluruh membran keruh. Sebelum laser
Neodymium yttrium (ndYAG) digunakan, katarak sekunder diobati dengan melakukan
kapsulotomi kecil dengan pisau jarum atau jarum nomor 27 gauge berkait, baik pada saat
operasi utamanya atau sebagai prosedur sekunder.
Namun pada tahun-tahun terakhir ini, laser Neodymium YAG telah populer sebagai metoda
non-invasif untuk melakukan disisi kapsul posterior. Denyut-denyut energi laser menyebabkan
“ledakan-ledakan” kecil di jaringan target, sehingga menimbulkan lubang kecil di kapsul
posterior di sumbu pupil sebagai prosedur klinis rawat jalan.
Komplikasi teknik ini antara lain adalah :
- Naiknya tekanan intraokuler sementara.
- Kerusakan lensa intraokuler.
- Ruptur muka hialoid anterior dengan penggeseran depan vitreous menuju kamera anterior. Kenaikan tekanan intraokuler biasanya dapat diketahui dalam 3 jam setelah terapi dan
menghilang dalam beberapa hari dengan terapi. Jarang, tekanan tidak turun ke normal selama
beberapa minggu, lubang atau retakan kecil dapat terjadipada lensa intraokuler, tetapi biasanya
tidak mengganggu tajam penglihatan.
- Pada mata afakia, ruptur muka vitreous dengan pergeseran vitreous ke anterior
cenderung menimbulkan abrasi retina regmatogen atau edema makula sistoid
Penelitian-penelitian baru menunjukkan bahwa tidak ada kerusakan yang nyata pada endotel
kornea pada pemakaian laser Neodymium yttrium (ndYAG). Penelitian yang ditujukan pada
pengurangan komplikasi ini, menunjukkan bahwa bahan yang digunakan untukmembuat lensa,
bentuk tepi lensa, dan tumpang tindih lensa intraokuler dengan sebagian kecil cincin kapsul
anterior penting dalam mencegah opasifikasi kapsul posterior

Tidak ada komentar:

Posting Komentar